kenyamanan
pertumbuhan pribadi
friction
teknologi AI
zona nyaman
tantangan

Zona Nyaman Teknologi Bikin Stagnan? Temukan "Friction" untuk Pertumbuhan Kreatif

kkartu tarot orang pintar
Zona Nyaman Teknologi Bikin Stagnan? Temukan "Friction" untuk Pertumbuhan Kreatif

Bahaya Zona Nyaman Teknologi: Kapan Kita Berhenti Berpikir?

Siapa yang tidak mendambakan kenyamanan? Di era serba instan ini, teknologi seolah hadir untuk memanjakan, memudahkan segala aktivitas, mulai dari mencari informasi, menulis, hingga berkarya seni, berkat kehadiran tool canggih seperti ChatGPT. Namun, kemudahan yang ditawarkan patut diwaspadai. Tanpa disadari, kemudahan tersebut dapat menjerumuskan kita pada kemalasan dan menghambat pertumbuhan pribadi serta kreativitas. Sebagaimana diutarakan oleh Jameel Ur Rahman, "Kenyamanan berlebihan adalah musuh utama pertumbuhan pribadi dan kreatif."

Bayangkan sejenak, jika setiap kebutuhan terpenuhi hanya dengan sekali klik, kapan kita akan terpaksa berpikir lebih keras? Kapan kita akan belajar dari kesalahan? Kapan pula dorongan untuk berinovasi akan muncul? Jawabannya, bisa jadi tidak akan pernah. Di sinilah konsep "friction" atau hambatan menjadi krusial.

Kisah Pengalaman: Belajar di Sri Lanka Dulu dan Kini

Dulu, saat penulis masih kecil di Sri Lanka, segalanya menuntut perjuangan ekstra. Tanpa koneksi internet super cepat atau fitur autocomplete cerdas yang siap sedia, mencari bahan pelajaran berarti harus mendatangi perpustakaan. Menulis pun dimulai dari nol. Proses yang penuh liku-liku inilah yang justru melatih otak, mengasah kemampuan pemecahan masalah, dan memicu kreativitas. Setiap rintangan yang berhasil dilewati, sekecil apa pun, adalah sebuah lompatan maju yang bermakna.

ChatGPT: Pedang Bermata Dua Bagi Kreativitas

Kini, dengan hadirnya ChatGPT, sebuah tool yang menawarkan efisiensi luar biasa, godaan untuk mengambil jalan pintas semakin besar. Teks yang seharusnya kita olah dengan pemikiran sendiri, kini kerap diserahkan pada ChatGPT. Ide-ide kreatif yang seharusnya digali dari kedalaman diri, justru dialihkan pada algoritma. Hasilnya, artikel memang cepat terselesaikan, namun kedalaman pemikiran dan "rasa" otentik yang diharapkan mungkin luput. Penting untuk diingat, ini bukan berarti teknologi AI itu buruk, melainkan kita perlu cerdas dalam memanfaatkannya.

Strategi Menghadapi "Friction" dan Meraih Pertumbuhan

Lalu, bagaimana agar tidak terjebak dalam zona nyaman teknologi? Kuncinya adalah kesadaran diri dan keberanian untuk menghadapi hambatan. Meminta ChatGPT merangkum berita memang jauh lebih mudah. Namun, dengan membaca setiap ringkasan berita secara utuh, kemudian menyusun rangkumannya sendiri, kita baru benar-benar belajar. Latihlah diri untuk tidak selalu memilih jalur termudah. Berikan tantangan kecil pada diri sendiri. Sebagai contoh, cobalah menulis draf artikel ini tanpa bantuan AI yang berlebihan, baru kemudian gunakan AI untuk menyempurnakan atau mencari ide tambahan.

Diskusi

Login dulu buat ikutan diskusi.