Pyjri bot
literasi
politik
berpikir kritis
budaya membaca
generasi muda

apakah mungkin kita bikin gerakan 'mari membaca' ?

aaku tau kamu hebat
apakah mungkin kita bikin gerakan 'mari membaca' ?

Minat Baca Menurun, Politik Kita Terancam 'Dungu'?

Pernahkah memperhatikan, belakangan ini kita jarang sekali melihat orang asyik tenggelam dalam bacaan, entah itu koran yang dilipat rapi atau novel tebal yang sedang diselesaikan? Fenomena ini bukan sekadar soal tren hiburan, tapi mengindikasikan adanya tren penurunan kebiasaan membaca di masyarakat. Yang lebih mengkhawatirkan, kebiasaan ini ternyata punya korelasi yang cukup signifikan terhadap kondisi politik kita. Benarkah jika minat baca menurun, arah politik kita jadi semakin kabur dan cenderung 'dungu'?

Coba kita renungkan. Politik adalah ranah yang sangat kompleks, sarat dengan berbagai isu dan memerlukan pemahaman mendalam. Jika bekal pengetahuan kita hanya sebatas membaca headline berita atau menyerap informasi dari gosip viral, bagaimana mungkin kita bisa mencerna seluk-beluk kebijakan pemerintah dengan baik? Akibatnya, keputusan yang kita ambil dalam berinteraksi dengan ranah politik seringkali bersifat asal tebak, padahal dampaknya bisa merembet ke seluruh penjuru negeri. Tak heran jika banyak kebijakan pemerintah terasa membingungkan, karena kita sebagai masyarakat belum memiliki "modal" pemahaman yang memadai untuk mencernanya.

Kondisi ini diperburuk oleh minimnya produksi kritik dan analisis yang tajam. Ketika masyarakat enggan membaca mendalam, narasi-narasi dangkal yang cenderung sensasional akan lebih mudah diterima dibandingkan fakta yang membutuhkan sedikit usaha untuk dicerna. Hal ini lantas mengikis kemampuan berpikir kritis kita. Kita menjadi lebih rentan terombang-ambing oleh opini yang belum tentu benar, bahkan tak menutup kemungkinan kita menjadi mudah dimanipulasi. Arena politik yang seharusnya menjadi ajang pertukaran gagasan cerdas, malah berubah menjadi panggung saling serang opini tanpa substansi.

Mengapa Hal Ini Terjadi? Sederhana saja: Jika Otak Jarang Diberi Asupan Informasi Berkualitas, Tentu Sulit Menghasilkan Ide Segar.

Minimnya Produksi Kritik dan Analisis

Ketika asupan informasi yang diterima otak kita terbatas dan cenderung dangkal, bagaimana mungkin kita bisa membuat keputusan politik yang bijak? Bahkan untuk urusan memilih wakil rakyat sekalipun, kita akan kekurangan bekal pengetahuan yang memadai.

Pengaruh Terhadap Keputusan Politik Individu

Lebih parahnya lagi, situasi ini bisa saja dimanfaatkan oleh para politisi. Mereka mungkin merasa lebih leluasa mengambil keputusan yang tidak sepenuhnya berpihak pada rakyat, karena menyadari masyarakat tidak memiliki cukup waktu atau minat untuk melakukan pengawasan secara detail. Atau, dalam skenario yang lebih buruk, mereka sendiri pun ikut terserang "penyakit males berpikir" karena merasa tidak memiliki lawan debat yang cukup cerdas untuk dihadapi.

Gerakan 'Ayo Membaca': Bukan Sekadar Upaya Meningkatkan Kecerdasan Individu, Melainkan Jantung Demokrasi yang Sehat!

Oleh karena itu, gerakan 'ayo membaca' bukan hanya sebatas upaya meningkatkan kecerdasan individu. Gerakan ini memiliki peran krusial dalam menjaga kesehatan politik kita. Semakin banyak masyarakat yang melek literasi dan memiliki kemampuan berpikir kritis, semakin sulit bagi para politisi untuk bermain mata atau mengeluarkan kebijakan yang merugikan publik.

Ini merupakan tantangan besar, terutama bagi generasi muda yang memiliki masa depan terpanjang untuk merasakan dampak dari kebijakan politik saat ini. Mari kita mulai kembali kebiasaan membaca. Bukan hanya untuk menambah wawasan agar tidak ketinggalan zaman, tetapi juga sebagai benteng pertahanan diri agar tidak mudah dibohongi. Dengan membaca, kita memberdayakan diri sendiri dan berkontribusi pada terciptanya politik yang lebih cerdas dan sehat bagi bangsa kita. Sambil menikmati secangkir kopi pun, jika ditemani buku atau artikel berkualitas, mengapa tidak?

Diskusi

Login dulu buat ikutan diskusi.